TUGAS CERPEN ASMARA



“TAMPARAN JODOHKU”

Dimalam hari yang sunyi, dingin dan gelap, ku duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu jati yangdi fitur dengan halus dan mengkilap di dalam ruangan asrama. Ku duduk termenung memikirkan sesuatu yang membuat ku penasaran.
“apa yang dilakukannya? Mengapa dia disana? Ada apa dengan rautan muka sedih itu?” ujar ku yang terheran-heran. Akhirnya kuputuskan esok hari untuk mencari tau apa yang terjadi dengan gadis itu.
***
Aku pendatang baru di kota ini. Aku melanjutkan pendidikanku disini, lebih tepatnya di salah satu universitas favorit di kota ini. Namaku Reza Purnama, aku dilahirkan pada saat bulan purnama itu sebabnya namaku memiliki arti rezeki di bulan purnama. Aku di lahirkan di Padang dan dibesarkan disana pula.
“Mengapa kau harus kuliah jauh-jauh Nak?  Disinikan banyak universitas ternama dan juga bagus”, ujar  Ayahku saat ku mengatakan keinginan ku untuk sekolah di yoyga.
“Iya Nak, benar apa yang dikatakan oleh ayah mu”, sahut ibuku.
“Tetapi ayah, ibu, aku ingin sekali kesana, yogya tempat yang indah, bagus dan berbudaya. Sekaligus yogya juga kota pendidikan, pelajar mana yang tak ingin kesana!” sahut ku.
“Tapi bagaimana cara kami mengawasimu jika kau jauh disana Nak?” ujar ibuku dengan muka yang khawatir.
“Ayah, ibu, aku sudah besar, aku anak laki-laki besar, aku ingin belajar mandiri Bu, Yah. Aku ingin mencari jati diriku disana.” Ujar ku dengan semua alasan ku mengapa aku ingin kesana.
“Hemmm.... apa yang dikatakan Reza ada benarnya juga bu, dia harus belajar mandiri mulai dari sekarang. Lagi pula daerah yang dia pilih adalah yogya, salah satu kota pendidikan di indonesia. Ayah pernah tinggal disana selama beberapa tahun dan ayah suka kota itu. Universitas mana yang kau pilih Nak?
“Universitas Abadi Yah.”
“Bagus, pilihan mu tepat! Masalah administrasi biar ayah yang mengatur.” Ujar ayah.
Dia memberikan izin padaku, betapa senangnya aku saat itu. Beberapa hari kemudian aku pun meninggalkan padang dan menuju yoyga.
“Yogya, aku datang!!!!!” teriak ku.
Aku melawati perjalanan dengan menggunakan bus. Sesampainya distsiun bus aku melanjutkan perjalanan ku menggunkan kereta api.  Kereta api berjalan dengan cepat , melewati sawah yang indah. Karena lelah akhirnya aku tertidur.
“Aduh...” aku menabrak seseorang wanita.
Aku meminta maaf pada wanita itu, tetapi dia hanya memandangiku dan dia berkata “ mas, bangun mas, mas, bangun!!!”
Tiba-tiba aku bangun dari tidur ku, dan aku mendengar suara “mas bangun mas, udah sampe ini.”
“ iya mas, maaf.” Jadi yang tadi itu hanya mimpi. Huh... tapi itu mimpi yang indah.
Lalu aku turun dari kereta api, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang.
“hei, kuliah di universitas Abadi ya?” kata lelaki yang seumuran dengan ku itu. Dia memiliki poster tubuh yang lebih kurus dariku dengan rambut cepak dan kulit sawo matang.
“iya” kata ku sepontan
“aku Amir, Amir Muhaimin. Aku juga kuliah di univeritas Abadi .” Kata lelaki itu sambil menjulurkan tangan nya untuk bersalaman.
“aku Reza, Reza Purnama.” Jawabku sambil bersalaman dengan nya.
“iya aku sudah tau, aku sengaja menunggumu disini, kitakan satu kamar. Ya sudah ayo kita ke asrama.” Ajak nya.
“baiklah, tapi kau kedepan duluan saja aku akan menurunkan barangku dulu.” Ujar ku.
“ ya sudah, tapi cepetan ya.”
“OK”
Lelaki itu terlihat baik dan ramah, beruntunglah aku sekamar dengannya. Lalu aku pun menurunkan barang ku dan kereta kembali melaju. Setelah kereta pergi dari stasiun itu aku melihat sesosok wanita di sebrang rel. Hatiku pun berkata siapa wanita itu, apa yang sedang dilakukannya, dan sejuta petanyaan lainnya. Wanita itu menggunakan gaun berwarna putih, dengan rambut ditata rapih sseperti model iklan.
“reza! Ayo cepetan, kok malah bengong.” Ujar amir.
“O iya sebentar” aku terus melihat wanita itu.
Beberapa saat kemudian wanita itu pun berbalik badan dan pergi meninggalkan stasiun kereta. Lalu aku pun pergi  ke asrama ku.
Sesampainya ku di asrama aku merebahkan tubuhku di ranjang empuk yang tidak terlalu luas. Aku terpikikan tentang gadis tadi, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana. Kuterus memikirkannya dan beberapa saat kemudian barulah kuingat ternyata ia lah wanita yang ada dalam mimpiku saat di perjalanan tadi.
“dia seperti wanita yang ada dalam mimpiku tadi. Ah, sudalah aku lelah aku ingin tidur.”

Pagi sekali kami sudah bangun kami bersiap-siap untuk hari pertama kami kuliah, tiga hari kedepan kami akan melewati masa orientasi sekolah atau yang sering di sebut dengan MOS.
“gimana? Siap ketemu senior galak” kata amir
“hahahaha.... siap-siap di kerjain kita, sayang sekolah kita isinya hanya murid laki-laki, coba ada perempuanya, pasti seru.” Kata ku mengejek.
“hahaha... pasti ajib, eh nanti pulang kuliah ikut aku ya,” ajak amir
“kemana?”
“pasar tu, dibelakang kampus”
“ngapain? Aku baru tau kalo dibelakang kampus kita ada pasar.”
“biasalah belanja perlengkapan masak, makanya update dong, bengong terus si kamu,
Yo wes yok mangkat”
Beberapa jam berlalu, ospek berjalan dengan lancar, tinggal dua hari lagi masa ospekku. Saat pulang kuliah aku dan amir mampir dulu kepasar, kami belanja perlengkapan ospek, dan persediaan makanan di asrama. Setelah kami rasa cukup belanjaan kami, kami pun pulang  tiba-tiba...
“aduh.....” aku menabrak seorang wanita. Wanita itu  langsung berbalik badan dan menamparku “plakkk...lain kali kalo jalan hati-hati dong mas, sakit ni. Lihat dong barang-barangku jatuh semua.” Kata wanita itu sambil memasang muka yang marah.
“maaf mbak, saya gak sengaja, beneran deh. Ini juga sakit mbak badan saya, di tambah mbak tampar barusan”. Kataku sambil memasang wajah menyesal.
Lalu wanita itu mengumpulkan kembali barang-barangnya yang jatuh, saat itu badan ku terpaku dan hati ku sangat deg-degan, bukan karena aku sedang jatuh cinta tetapi karna aku terkejut baru kali ini aku di tampar oleh seorang wanita dan dimaki-maki olehnya di depan umum.
“mas! malah bengong, bantuin dong udah nabrak gak tanggung jawab lagi”
“i’iya mbak” kata ku gugup.
“ sekali lagi maaf ya mbak.” Kataku setelah mengemas barangnya yang jatuh.
“iya deh saya maafin, lain kali jangan di ulangin lagi ya. Oh iya maaf juga, tadi aku nampar kamu, reflek si”. Lalu wanita itu meninggalkan kami dengan memberikan sedikit senyuman yang amat manis.
Jadi wanita ini hanya reflek, yang begini sakitnya saja masih reflek, apa lagi yang geraknya beneran, batinku dalam hati. Amir hanya menertawakan ku membuat ku semakin geram saja. Tetapi setelah ia pergi baru kusadari dia adalah wanita yang di stasiun waktu itu.
                                                            ***
Ospek hari kedua pun berjalan lancar, seperti biasa aku dan amir pergi kepasar untuk membeli persyaratan ospek hari ketiga. Jika kami tidak membeli prasyaratan  itu, pasti kami akan dibuly habis-habisan oleh senior.
“za, aku kesana dulu ya.” Ujar amir.
“mau ngapain? Aku sendirian dong,”
“liat-liat bentar , kangen sama hobi lama. Kamu jalan-jalan aja dulu siapa tau nanti gelar jomblo mu hilang, hahaha” kata amir sambil meledek.
“sialan, jangan lama-lama Bro”
Lalu aku pun jalan-jalan sendirian, ku lihat ada sebuah toko buku di sana. Aku pun masuk dan melihat-lihat buku itu. Aku sangat tertarik pada buku komik , akhirnya ku mengambil salah satu buku komik di situ dan melihat-lihatnya terlebih dahulu. Tiba-tiba kemendengar suara,“ suka komik juga ya mas?”
Ternyata itu suara wanita yang kemarin menamparku, sontak aku reflek kaget dan mundur beberapa langkah ke belakang sehingga menabrak rak buku yang ada di belakang ku. Lalu aku jatuh tetapi  digenggamnya tanganku oleh wanita itu sehingga aku tidak jadi jatuh. Saat itu jantungku berdegug kencang sekali, bukan karna ku takut tetapi mungkin karena perasaan jatuh cinta.
“kok kaget si mas ngeliat saya?”
“ saya gak di tampar lagikan mbak” kata ku penuh cemas
“hahahahahahaha......” wanita itu tertawa dengan lepasnya. Betapa manisnya wanita itu saat tertawa di tambah gigi gingsul di sebelah kanannya, menambah elok wajahnya.
“kok ketawa si mbak?”
“mas ini lucu ya. Ya jelas enggak lah. Oh ya maaf ya yang soal kemaren.”
“iya mbak, nggak papa kok, saya juga yang salah. Ngomong-ngomong mbak ngapain disini.” Tanya ku polos.
“Beli nasi padang, ya beli buku dong mas” Sambil tersenyum . Betapa merasa bodohnya aku saat itu.
“oh ya namaku maya” sambil menjulurkan tangannya.
“aku amir, kuliah di universitas abadi”
Terjadilah beberapa perbincangan pada sore itu, yah walaupun hanya sebatas perkenalan biasa. Baru kali ini ku merasakan sore yang sangat indah karena ku di temani sesosok bidadari.Waktu menjelang malam kami pun berpisah. Aku pun kembali ke asrama ku. Dijalan aku bernyanyi-nyanyi gembira seolah-olah seperti, anak kecil yang baru mendapatkan THR lebaran.
“ tuhan!!!!!! Aku jatuh cinta padanya” teriak ku di tengah halam asrama.
Sesampainya di kamarku, aku langsung di sambut oleh amir.
“ sialan, kamu kemana aja tadi, aku udah muter-muterin pasar tapi kamu gak ada. Hp juga di teleponin kok gak diangkat.”
lalu aku pun melihat handphone ku, dan kulihat lima belas panggilan tidak terjawab. Bukannya merasa bersalah, tapi aku yo bioso wae.
“oh iya... kenapa tadi aku gak minta nomor HP tu cewek ya,”
“ cewek? Siapa bro?”
“tadi aku ke toko buku, terus ada cewek yang nampar aku kemaren, behhh... ternyata aslinya dia itu baik banget Bro. Namanya itu kalau nggak salah Maya”
“wow asik dong, rumahnya dimana?”
“ aku gak sempet nanya dia buru-buru pulang si”
“Pantesan muka mu girang banget malam ini. Tuhan hilangkan kutukan jomblo itu pada teman ku ini. Amin...” sambil mengejekku.

Beberapa hari berlalu, aku dan maya sudah mulai akrab, ternyata benar aku jatuh cinta padanya. Tetapi aku takut meberitahukan perasaan ku ini padanya.
 Dimalam hari yang sunyi, dingin dan gelap, ku duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu jati yang di fitur dengan halus dan mengkilap di dalam ruangan asrama. Ku duduk termenung memikirkan sesuatu yang membuat ku penasaran. Yaitu saat dia berdiri sendirian di stasiun dengan muka yang sedih. Akhirnya kuputuskan , untuk menanyakan apa yang terjadi.
***
Ternyata dia sedang menunggu ayahnya, ayahnya adalah seorang TNI .
“kata orang, beliau sudah meninggal 2 tahun yang lalu, saat itu malam ulang tahunku, ayah janji bakal dateng, sehari sebelumnya beliau memberikan ku gaun warna putih itu melalui pos, katanya kau akan cantik bila mengenakan pada hari ulang tahunmu, dan pada hari ulang tahunku ku dia tidak datang, dia ikut perang membantu negara lain. Ada kabar burung yang mengatakan ayahku sudah meninggal, tapi aku berharap berita itu tidak benar. Aku yakin pasti ayahku akan turun dari kereta itu, dan memeluk ku lalu mengcucapkan selamat ulang tahun untuk ku. Aku yakin itu.” Ujarnya pada ku.
***
Beberapa bulan berlalu kini aku sudah semester 7, ayah ibu ku menjengukku ke yogya. Ibu ku bilang “apa kau sudah punya pacar?”.
“maksud ibu” tanya ku penasaran.
“Ya pacar, sudah saatnya kau mencari pacar untuk di jadikan calon istrimu” kata ibuku sambil menggodaku.
Akhirnya kuceritakan saja pada orang tua ku tentang Maya, orang tua ku sangat antusias mendengarkan ceritaku tentang Maya. Mereka malah semakin penasaran dan secepatnya orang tuaku ingin bertemu dengan Maya. Aku senang sekali ternyata orang tua ku setuju.
***
Malam hari di sebuah taman, dengan langit yang cerah dan ditemani bulan sabit, dan dengan 2 buah kursi dan meja yang dikelilingi oleh cahaya lilin, serta makanan dan minuman yang kupesan khusus, serta musik dari sebuah biola yang di mainkan oleh senimannya. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan cintaku pada Maya, ini pertama kalinya aku menyatakan cinta pada seorang wanita. Aku menjemput Maya kerumahnya dengan mobil ayahku sekalian meminta izin dan restu ibunya. Syukur alhamdulilah ibunya merestuiku untuk menjadi calon mantunya.
Lalu aku pun membawa Maya ke taman, iya pun penasaran akan kubawa kemana dia dengan matanya yang tertutup.
“duduk disini” ujar ku sambil membuka penutup matanya.
“Wow, ada acara apa ini” katanya penasaran
“ mas, lagunya cristian bautista yang the way you look at me” kataku bicara dengan seniman biola itu.
Aku memulai dialogku, “ aku gak mau basa-basi soalnya aku gak bisa basa-basi, aku suka sama kamu dari pertama aku ngeliat kamu, malah dari sebelum aku ngliat kamu, kamu sering muncul dalam mimpi aku. Aku suka semua tentang kehidupan kamu, dan aku harap kamu bisa melengkapi hidupku, intinya kamu mau tidak jadi pacar ku?”, sambil memberikan bunga mawar putih kesukaannya.
“ Reza, kamu serius?”
“ lima rius malahan, aku udah minta izin sama orangtua kamu dan orang tua kamu setuju, jadi aku harap kamupun sama.”
“maaf za,tapi aku gak bisa jadi pacar kamu”
Tiba-tiba saja jantungku yang tadinya berdebar hebat tiba-tiba berhenti. Majas bro.
“ kenapa? Alasan kamu, kayanya kita udah sama-sama nyama…
“ aku gak mau jadi pacar kamu karena aku maunya jadi calon istri kamu” kata Maya memutus kata-kataku sambil tersenyum.
“beneran? Serius?” tanya ku penasaran
“beneran malah sepuluh rius”.
Betapa senangnya aku saat itu, seakan-akan ini hanya mimpi. Girang suerr, senengggg gilaaa. Tuhan terima kasih.
***
Setelah aku lulus sarjana, aku berkeja di suatu perusahaan di yoyga, setelah kurasa cukup mapan dan mandiri akhirnya aku memutuskan untuk menikah dengan Maya, sayang sahabat ku Amir sudah mendahului kami.

SEKIAN


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Puisi Siklus - Wira Nagara

Lirik Puisi ARITMIA - Wira Nagara

Lirik puisi Wira Nagara - kurang dari angka tiga (puisi dan lagu)