BUNGA TERBUANG
Sejenak
ku hela nafas, sangat terdengar nafas ku yang terengah-engah. Ku lihat lagi
kedepan, ternyata dia sudah sangat jauh. Ingin terus kukejar dia, tapi kaki ku
tak sanggup, luka ini belum sembuh penuh. Angkot, taksi , ojek, kemana mereka
saat ku sedang membutuhkan mereka. Aku lelah, aku duduk di pinggir jalan, ku
tak malu, karena jalan ini kosong, jalan perumahanku. Aku menyerah. Ku Berjalan
kembali pulang kerumah. Kaki ku gemetar,
air mata ini masih mengalir, tak bisa kutahan. Kertas yang semula mulus kini
lusuh dan basah tercampur keringat dari tanganku. Baru kusadari, aku berlari
sangat jauh, mungkin rekor lari terjauh sepanjang hidupku. Tak kusangka beliau
tega meninggalkan ku sendiri, ya.. hanya aku sendiri tanpa saudara yang dititipinya.
Aku tahu kehidupan kami memang sulit, namun ku tak percaya dia meninggalkanku. Ini
sangat tidak mungkin. Kami hidup hanya berdua, bersembunyi, berpinda-pindah. Sudah
tujuh kota ku jejaki selama hidupku tujuh belas tahun ini. Aku tak tau alasan pasti
bunda melalukan ini. Tapi satu yang kutahu, bunda menghindari keluarga ayah.
sumber gambar : kompasiana.com
Bunda pernah berkata padaku ”maaf, kita
harus pindah lagi, bukannya bunda tak suka disini, tapi ini buat kebaikan mu”. Selalu
alasan untuk kebaikanku. Hidup bersama bunda sudah sangat baik untuk ku, aku
tak perlu alasan lain. Ayah ku sudah meninggal saat aku berumur delapan tahun,
yang kutahu ayah terkena penyakit yang mematikan. Namun, aku dan bunda tidak
ikut proses pemakamam. Alasan bunda saat
itu adalah takut aku bersedih, jadi keluarga ayahku yang mengurusnya. Ku terima
selalu Alasan yang dibuat bunda, karena aku percaya padanya.
Saat itu aku berumur 12 tahun. Pernah suatu
hari saat bunda pergi bekerja, ku masuk kekamar bunda, ku geledah semua barang
bunda. Ku temukan beberapa dokumen dan foto pernikahan bunda dengan ayah. Foto itu
foto keluarga tapi ku tak melihat satupun foto keluarga ayah. Hanya ada foto om
riki, sahabat ayah. Ku buka dokumen-dokumen itu, ada berbagai dokumen, namun
sekilas ada dokumen yang menarik perhatianku, disitu dituliskan kontrak
perjanjian, kubaca berisi tentang syarat-syarat kontrak yang aneh. Salah satunya
berisi ” dalam usia 11 tahun, anak dari dwiki wijaya akan berganti hak asuhnya
oleh keluarga wijaya” lelaki yang disebut disini adalah ayahku dan berkas lain
adalah surat cerai. Aku tak mengerti maksud dari berkas tersebut,jadi
kutinggalkan dan merapihkan lagi kamar bunda. Saat aku berusia 15 tahun aku
baru ingat tentang dokumen itu. Namun, saat ingin kulihat lagi, dokumen itu
tidak ada, mungkin bunda menyimpannya di tempat yang tak ku ketahui.
Hingga kemaren sore, kudapati dua orang
wanita berkunjung kerumah kami, ternyata mereka nenek dan bibi anis, kulihat bunda
kaget bukan kepalang, mukanya merah, wajahnya sedikit takut, dan kakinya
bergetar. namun ia tetap mempersilahkan mereka masuk, kusambut mereka dengan
hangat. Belum selesai ku menyapa mereka, bunda menyuruhku pergi ke toko kue,
bunda menyuruhku dengan nada terbata-bata dan keras, jadi aku tak berani
membantahnya. Aku langsung pergi ke toko kue, ku pilihkan kue yang paling enak
disana. Aku pulang dengan berlenggang senang karena akhirnya ada keluarga yang
berkunjung kerumah kami namun aku tersandung dan membuat kaki ku terluka. Saat sudah
sampai dirumah aku tak melihat nenek dan bibi anis, hanya ada bunda dengan wajah
suram disana, kata bunda nenek buru-buru pulang karena ada acara, bunda juga bilang
bahwa nenek akan memberikan kado ulang tahun ku besok. Aku sangat senang dan
aku memeluk bunda, bunda pun memeluk ku sangat erat dan beliau tersenyum
padaku, namun ada beberapa tetes air mata yang mengalir di wajahnya.
Semalam bunda ingin tidur dengan ku, ku
persilahkan saja. Namun tengah malam saat ku terbangun, bunda tak ada di
sampingku, mungkin bunda pindah tidur karena kasur ini memang tak nyaman di
gunakan berdua. Aku pun tidur lagi.
Pagi harinya kudapati kue dan kado ulang
tahun di kamarku, ini cukup aneh namun aku senang. Aku langsung keluar kamar
mencari bunda untuk mengucapkan terimakasih, namun saat aku masuk kekamar bunda
yang kulihat hanyalah kamar kosong dengan lemari terbuka tak ada isi. Lalu aku
mendengar suara taksi pergi. Entah kenapa aku malah masuk kekamarku dan
langsung membuka kado dari bunda. Kudapati surat dan syal disana. Kubaca surat itu.
“ selamat ulang tahun yang ke-17 putri
bunda tersayang, maafkan bunda gak sempet nemenin ulang tahun kamu mulai dari
sekarang. Ini hadiah terakhir dari bunda, bunda mau pergi buat kebaikan kamu,
bunda mau kamu dapet segala yang terbaik yang bunda gak bisa kasih ke kamu,
maafin bunda nak, selalu jaga kesehatan kamu ya sayang, bunda sayang banget
sama juli”
***
Tak kusadar langkah kaki ku sudah sampai
dirumahku, aku melihat ada bibi anis dan nenek disana. Nenek berkata ikutlah
dengan kami, namun hatiku berkata bunda pergi karena nenek. Aku meninggalkan nenek
yang berdiri di depan gerbang dan masuk kekamarku untuk menangis, mungkin dalam
waktu yang lama.
Tamat.
Komentar
Posting Komentar