cerpen book of dreams

                                                                 Book of dreams



“apa yang akan kamu lakukan sekarang?”
Aku terdiam. Untuk saat ini cukup sulit menjawab pertanyaan wira. Aku sendiri tak tau apa yang harus aku lakukan sekarang.
“kamu tidak tahu?”
“…”
Wira pun membuka tasnya. Entah apa yang akan dilakukan, aku masih tenggelam dalam fikiranku.
“kamu bisa mulai dengan ini.”
Dia mengeluarkan semacam buku catatan dengan bentuknya yang tak asing.
“ini…”
“iya, ini buku itu.”

Ya, aku ingat buku ini. Buku mimpi. Dulu aku menyebutnya begitu, namun isinya hanyalah beberapa rencana hidup atau hal-hal yang ingin aku lakukan. Aku menulisnya saat umurku 15 tahun. aku pernah dengar orang-orang dewasa membicarakan tentang rencana hidup. Banyak dari mereka yang mengaku menyesal kenapa tidak membuat rencana hidup pada masa mudanya. Mereka beranggapan akan lebih mudah bila melakukan sesuatu jika sudah direncanakan. Target hidup. Karena itulah aku menulis buku mimpi.

Ku buka buku itu lembar-perlembar. Berbaris-baris tulisan tangan ku dan beberapa ilustrasi kecil dipinggirnya. Goresan tulisan tanpa beban dan penuh semangat. Tanpa sadar aku tersenyum saat mengingat masa itu. Umurku hanya lima belas, namun aku berani berencana, aku berani bermimpi. Masa muda yang cukup membanggakan.

“apa yang harus ku lakukan dengan ini?” tanyaku pada wira.
“melanjutkan mimpi-mimpi dan hal-hal lain yang tertunda” jawab wira sambil tersenyum.
“tapi ini kan dulu. Aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis. Tanpa perncanaan, tanpa visi apalagi misi.”
“maka kamu bisa membuat visi misi itu sekarang” tanggap wira.
“apa maksudmu? C’mon wir, kamu gak nganggep  serius tulisan anak umur lima belas tahunkan? Aku Cuma ikut-ikutan doang” sanggahku. Tentu saja hal itu tidak benar. Aku menulis buku ini dengan sepenuh hati dan penuh harap. Inisiatif ku sendiri.
“bohong. Kamu nulis itu dengan sepenuh hati. Jujur aja, saat itu-for the first time, aku liat ada gairah hidup didalam diri kamu. Kamu jadi lebih.. up. Apa salah nya si nyoba lagi. Toh gara-gara mimpi-mimpi itu kamu bisa terus bertahan
“ya tapi itu dulu, sebelum realita ngancurin semua.”

Komentar

  1. Kerenn gan/sis, makasih infonya sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jadi ingat dulu pas di umur segitu 15 tahun juga nulis tentang buku mimpi, karna terinspirasi dari ka wirda m, yakin banget kala itu. Sangat seru mimpinya, tapi ya ga kalau dipikir sekarang kayak awalnya aja ga kelihatan, apalagi ujungnya, eh curcol.

      Hapus
    2. Terimakasih kak untuk tanggapannya :) . Bermimpi memang seru kak, tapi buat bangun dan mewujudkannya yang berat hehe, malah curcol juga.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Iya sama² :)) truee, eh kamu penggemar Wira juga ya? Btw, mampir ke blog ku juga ya xixi:')

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Puisi Siklus - Wira Nagara

Lirik Puisi ARITMIA - Wira Nagara

Lirik puisi Wira Nagara - kurang dari angka tiga (puisi dan lagu)